Jumat, 20 Januari 2017

Kisah Pasangan Lansia Di Semarang dan Warung Mungil yang 'Menghidupinya' Rp 20.000 perhari

Kehidupan sepasang suami istri yang sudah lanjut usia (lansia) di dekat sebuah rumah sakit (RS) swasta di Semarang ini benar-benar sangat memprihatinkan.  Mereka hanya mengandalkan penghasilan dari sebuah warung kecil yang per harinya hanya mencapai sekitar Rp20.000.


Dilansir dari laman tribunnews.com, kondisi memprihatinkan kakek nenek itu diceritakan oleh netizen Anggraheni Novitasari di akun Facebooknya.

Seperti dikutip dari postingan tersebut, pasangan suami istri itu bernama Satimin dan Mariyah, berusia kurang lebih 80 tahun. Mereka hanya hidup berdua karena anaknya sudah meninggal lima tahun lalu.

Sejak saat itu, Satimin dan Mariyah tidak pernah bertemu lagi dengan ketujuh cucunya. Sebenarnya, Satimin sempat bekerja di balai kota menjadi petugas kebersihan. Namun ia mengalami sebuah kecelakaan, sehingga kakinya harus diamputasi.


Saat ini, ia hanya bisa berada di rumah dan mengandalkan penghasilan dari warung kecil milik mereka yang tidak sampai Rp20.000 per harinya. Dari foto-foto yang diunggah Anggraheni terlihat, Satimin dan Mariyah tinggal di sebuah rumah sederhana. Mereka tidak memiliki kamar mandi dan kompor. Saat berjalan, tubuh Mariyah pun sudah membungkuk.

Berikut postingan lengkap Anggraheni.
"#semarang. Sering lewat RS Elisabeth tapi baru beberapa hari ini merhatiin ada warung kecil di deket situ, karena penasaran dan agak sedih lihat kondisi warungnya akhirnya nyempetin buat mampir ke warung dan ngobrol-ngobrol.

Ternyata pemiliknya itu sepasang kakek nenek berusia 80 tahunan. Namanya mbah Mariyah dan mbah Satimin. Beliau udah puluhan tahun jualan di warung itu.
Dulu mbah Mariyah buka warung di rumah dan mbah Satimin kerja di balaikota di kebersihan. Terus karena ada kecelakaan kerja kakinya harus dioperasi dan dipotong.

Simbah tinggal berdua aja. Seringnya mbah Mariyah tinggal di warung, mbah Satimin yang tunggu rumah. Sebenernya punya anak 1 dan 7 cucu, tapi udah meninggal 5 tahun yang lalu. Semenjak anaknya meninggal dah ga pernah ketemu sama cucu-cucunya.


Untuk makan sehari-hari mbah biasanya dianterin nasi sama ponakannya. Waktu saya tanya penghasilan sehari-hari biasa dapat berapa, ada ga 20 ribu, kata mbah ya seringnya ga ada segitu, soalnya ambil untung aja cuma sedikit dan itu pun belum tentu laku tiap hari.

Hari ini saya mampir ke rumah simbah, sedih banget liat kondisi rumahnya simbah ga ada kamar mandi, ga punya kompor, kasur yang udah lapuk, air aja masih ngambil manual dari sumur. Satu-satunya elektronik cuma TV jadul yang jadi hiburan mbah sehari-hari.

Simbah juga ga punya BPJS kesehatan, jadi kalau mau periksa harus ke RS Elisabeth yang notabene harus bayar sendiri. So please kalau lagi di sekitaran RS Elisabeth bisa mampir warungnya simbah.
Warungnya seberang pintu masuk RS, deretan warung-warung yang seberang mobil holland bakery, sebelah bolang baling & burjo. Feel free to share
#mariberbagi."

Postingan tersebut kemudian mendapatkan tanggapan dari sejumlah netizen. Mereka merasa sedih atas apa yang dialami Satimin dan Mariyah.

Dewi Mulya Mamajimmy: "sedih bgt kisahnya."
Sinyo Orendo: "Miris. Putune jan parah kuwi ra tau ngingok embahne. Kox nemen temen. Ko nek mbah ne do ra ono do geger nek arep adhol warisane."
close
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kisah Pasangan Lansia Di Semarang dan Warung Mungil yang 'Menghidupinya' Rp 20.000 perhari

0 komentar:

Posting Komentar